Google+ Follow Twitter Add Facebook Instagram

Minggu, 06 April 2014

PJTL days 2

Hari kedua PJTL dilakukan hari Sabtu, 5 April 2014. Sebelumnya kami telah diberi susunan acara pada hari itu, yaitu

  • 07.30-08.00 Registrasi
  • 08.00-08.15 Pembukaan hari ke-2
  • 08.15-09.00 Materi 1
  • 09.00-10.30 Materi 2
  • 10.30-12.00 Materi 3
  • 12.00-12.30 Ishoma
  • 12.30-14.45 Materi 4
  • 14.45-16.15 Materi 5

     Pada pembukaan acara, kami (peserta pelatihan) diminta untuk menulis 10 hal terunik yang kita yakini berbeda dengan lainnya. Awalnya kami tidak tahu untuk apa hal itu.
      Acara dilanjutkan dengan materi pertama mengenai "Review PJTD" yang dipandu oleh mbak friska (staff ahli medfo HMTC) dan mbak Asri (sekdep medfo HMTC). Kami saling bertukar info mengenai materi PJTD diantara SI dan TC. Kami diingatkan kembali mengenai unsur berita (judul, lead, dan tubuh). Peran jurnalistik secara global (media informasi, media pendidikan, media entertainment, kontrol sosial, dan media ekonomi). Serta jenis berita (hardnews, softnews, straightnews, featurenews).



    Materi kedua adalah "Investigasi Jurnalistik dan Opini". Materi ini disampaikan oleh mbak Jaharani Kimia'10 yang juga menjadi kru ITS Online. Dalam materi ini aku (bukan kami :D) tidak begitu mendengarkan banyak dikarenakan oleh sesuatu hal. Namun inti dari investigasi jurnalistik adalah menunjukkan dan mengoreksi bukan memberitahukan atau menyebarkan. Elemen dalam investigasi adalah mengungkapkan kejahatan publik dalam skala luas yang disembunyikan oleh oknum-oknum tertentu. Setelah itu kami diberi kesempatan untuk menulis opini pribadi mengenai, AEC 2015, Pemilu 9 April 2014, dan Internasionalisasi ITS.
    Setelah coffe break kami melanjutkan ke materi ketiga mengenai "Media dan Pemasaran". Materi tersebut disampaikan oleh mbak Ima yang telah bertemu di hari sebelumnya di Graha Pena. Dalam pemasaran ada hal yang harus selalu diperhatikan dalam produknya, yaitu ciri khas (branding), konten, fotografi, sasaran yang tepat, serta konsisten.
     Sebelum menginjak ke materi keempat, kami ishoma dan melakukan game ringan . Kami diberi selembar kertas yang berisi tulisan kami saat pembukaan PJTL hari ini. Kami diminta panitia untuk meminta tanda tangan dari orang yang mengalami peristiwa yang ada di kertas itu. Hal ini dimaksudkan untuk saling mengenal antara TC dan SI.
     Di materi keempat, kami diajari mengenai desain grafi dan mempraktikan tentang typografi secara langsung.
     Menginjak ke materi terakhir kita dikenalkan dengan videografi, dalam materi terakhir ini kami disuguhkan banyak video dan harus menulis daya tarik dari setiap video serta hal apa yang ingin disampaikan video ini.
     Akhirnya penutupan pelatihan hari ini telah sampai. Kami pulang dengan membawa kisa dan semoga ilmu yang didapat dapat kami manfaatkan. Selain itu kami sudah dapat nama tentang PJTL angkatan pertama FTIf ini. Kami adalah "Premiere" karena tema PJTL ini adalah CINEMA "CREATIVE INOVATION FOR NEW ERA OF MEDIA"

PREMIERE!!!

Pertama dan Utama!!!

Sabtu, 05 April 2014

Graha Pena, Kisah Jurnalistik dari Awak Media

Hari itu, Jumat 4 April 2014 merupakan hari pertama PJTL (Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut) resmi dibuka. Sesuai dengan rundown acara, kami dapat berkunjung ke media di Surabaya di jalan Ahmad Yani 88 Surabaya (read: Radar Surabaya). Meski kami terlambat 1 jam dari jadwal yang telah disepakati yakni pukul 16:30, kami tetap diterima dan disambut hangat oleh awak media Radar Surabaya.

Kami berbincang pada sebuah meja yang setiap harinya digunakan untuk rapat redaksi. Ibu Novi selaku pimpinan redaksi dari Radar Surabaya menjelaskan tentang perkembangan Radar Surabaya yang sekarang bertempat di Graha Pena. Semula Radar Surabaya bernama Suara Indonesia yang merupakan koran bisnis. Setelah Suara Indonesia dipegang Jawa Pos, berganti nama menjadi yang sekarang ini. Hingga saat ini, Radar Surabaya telah mandiri (lepas dari Jawa Pos). Radar Surabaya beranggotakan sekitar 40 redaksi dan lebih dari 45 bidang pemasaran.

Selanjutnya bapak Moh. Fail selaku manajer pemasaran bercerita tentang serba-serbi menjadi seorang jurnalis. Beliau pernah mengalami era teknologi belum semodern sekarang ini. Pernah beliau mengambil gambar di Sidoarjo, kemudian mencetak dalam waktu lebih dari sehari. Setelah jadi, gambar itu dikirim melalui kernet bus Surabaya hingga akhirnya terbitlah sebuah berita. Beliau juga pernah berurusan dengan TNI karena liputannya yang dianggap nylewang. Namun pada akhirnya kedua pihak dapat merasakan manfaat atas berita tersebut.

Pak Fail juga menjelaskan tentang kerja sorang jurnalis. Mereka (read: Jurnalis) ada yang setiap harinya mendapat tugas untuk meliput berita (Penugasan) dan mencari berita (Hunting). Jika menggunakan teknik hunting, seorang jurnalis harus bisa mencari keunikan dan kefaktualan berita itu. Selain itu, pak Fail juga menjelaskan tentang teknik seorang wartawan mengambil informasi. Wartawan dalam tugasnya ada yang menggunakan seragam (Branding) dan ada yang biasa-biasa saja dalam berpakaian, sehingga dapat lebih dekat dengan warga yang dapat menjadi sumber informasi.

Dalam penerbitan berita, pak Fail menjelaskan tentang perlunya pemanfaatan ruang koran. Biasanya jika dalam satu halaman koran masih ada ruang kosong, maka akan ditutup (read: stopper). Selain itu, ada juga dengan membuat 1 sumber berita menjadi 2 berita. Misal, bencana Gunung Kelud tahun ini (13/02), kita dapat memberitakan tentang kronologisnya, kondisi korban, hikmah dibalik musibahnya. Hal itu sangat penting jika kita dapat kesempatan mewawancarai seorang narasumber yang sangat hebat namun sulit ditemui, maka akan rugi jika kita hanya dapat satu informasi darinya.

Satu hal yang ditekankan pak Fail bagi yang ingin masuk dunia jurnalistik adalah tentang Komitmen Waktu.

Kunjungan malam itu diakhiri dengan kesempatan kami untuk bertanya langsung pada awak media yang sedang bekerja di depan komputer kerjanya.