Senin, 07 April 2014
Minggu, 06 April 2014
PJTL days 2
- 07.30-08.00 Registrasi
- 08.00-08.15 Pembukaan hari ke-2
- 08.15-09.00 Materi 1
- 09.00-10.30 Materi 2
- 10.30-12.00 Materi 3
- 12.00-12.30 Ishoma
- 12.30-14.45 Materi 4
- 14.45-16.15 Materi 5
PREMIERE!!!
Pertama dan Utama!!!
Sabtu, 05 April 2014
Graha Pena, Kisah Jurnalistik dari Awak Media
Hari itu, Jumat 4 April 2014 merupakan hari pertama PJTL (Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut) resmi dibuka. Sesuai dengan rundown acara, kami dapat berkunjung ke media di Surabaya di jalan Ahmad Yani 88 Surabaya (read: Radar Surabaya). Meski kami terlambat 1 jam dari jadwal yang telah disepakati yakni pukul 16:30, kami tetap diterima dan disambut hangat oleh awak media Radar Surabaya.
Kami berbincang pada sebuah meja yang setiap harinya digunakan untuk rapat redaksi. Ibu Novi selaku pimpinan redaksi dari Radar Surabaya menjelaskan tentang perkembangan Radar Surabaya yang sekarang bertempat di Graha Pena. Semula Radar Surabaya bernama Suara Indonesia yang merupakan koran bisnis. Setelah Suara Indonesia dipegang Jawa Pos, berganti nama menjadi yang sekarang ini. Hingga saat ini, Radar Surabaya telah mandiri (lepas dari Jawa Pos). Radar Surabaya beranggotakan sekitar 40 redaksi dan lebih dari 45 bidang pemasaran.
Selanjutnya bapak Moh. Fail selaku manajer pemasaran bercerita tentang serba-serbi menjadi seorang jurnalis. Beliau pernah mengalami era teknologi belum semodern sekarang ini. Pernah beliau mengambil gambar di Sidoarjo, kemudian mencetak dalam waktu lebih dari sehari. Setelah jadi, gambar itu dikirim melalui kernet bus Surabaya hingga akhirnya terbitlah sebuah berita. Beliau juga pernah berurusan dengan TNI karena liputannya yang dianggap nylewang. Namun pada akhirnya kedua pihak dapat merasakan manfaat atas berita tersebut.
Pak Fail juga menjelaskan tentang kerja sorang jurnalis. Mereka (read: Jurnalis) ada yang setiap harinya mendapat tugas untuk meliput berita (Penugasan) dan mencari berita (Hunting). Jika menggunakan teknik hunting, seorang jurnalis harus bisa mencari keunikan dan kefaktualan berita itu. Selain itu, pak Fail juga menjelaskan tentang teknik seorang wartawan mengambil informasi. Wartawan dalam tugasnya ada yang menggunakan seragam (Branding) dan ada yang biasa-biasa saja dalam berpakaian, sehingga dapat lebih dekat dengan warga yang dapat menjadi sumber informasi.
Dalam penerbitan berita, pak Fail menjelaskan tentang perlunya pemanfaatan ruang koran. Biasanya jika dalam satu halaman koran masih ada ruang kosong, maka akan ditutup (read: stopper). Selain itu, ada juga dengan membuat 1 sumber berita menjadi 2 berita. Misal, bencana Gunung Kelud tahun ini (13/02), kita dapat memberitakan tentang kronologisnya, kondisi korban, hikmah dibalik musibahnya. Hal itu sangat penting jika kita dapat kesempatan mewawancarai seorang narasumber yang sangat hebat namun sulit ditemui, maka akan rugi jika kita hanya dapat satu informasi darinya.
Satu hal yang ditekankan pak Fail bagi yang ingin masuk dunia jurnalistik adalah tentang Komitmen Waktu.
Kunjungan malam itu diakhiri dengan kesempatan kami untuk bertanya langsung pada awak media yang sedang bekerja di depan komputer kerjanya.